Saya paham kok, menulis artikel dan berharap mendapatkan bayaran pertama mungkin terasa menantang. Tenang saja, menulis artikel dibayar untuk pemula bukan hal mustahil. Saya sendiri melewati proses jatuh bangun sebelum akhirnya karya bisa tembus media dan menghasilkan honor.
Di bawah ini, saya rangkum beberapa langkah praktis yang bisa kamu ikuti. Langkah-langkah ini dilengkapi tips dari para editor di platform menulis terkenal seperti Mojok, IDN Times, Inilah.com, Golagongkreatif.com, dan Rumahkitab.com.
Isi Artikel
1. Riset Ide Artikel yang Laku
Langkah pertama adalah mencari ide tulisan yang berpotensi disukai editor dan pembaca. Ide yang “laku” biasanya memenuhi salah satu dari dua kriteria: sedang tren atau punya sudut pandang unik.
- Ikuti Tren Terbaru
Coba perhatikan topik yang lagi ramai dibahas. Misalnya, di IDN Times artikel seputar lifestyle pop, zodiak mingguan, atau tips ringan sering diminati pembaca. Tak heran, IDN Times mewajibkan format artikel komunitasnya berupa listicle atau daftar minimal 3 subjudul – ini karena pembaca suka hal ringkas dan to the point. Kalau kamu menulis hal yang sedang hype dengan gaya listicle menarik, peluang dilirik editor pun naik.
- Sudut Pandang Unik:
Kalau idemu bukan topik viral, jangan mundur. Kuncinya, cari keunikan atau angle berbeda. Editor Mojok, misalnya, menekankan jangan sekali-kali menulis hal-hal yang sudah usang tanpa konteks baru. Kalau topikmu agak basi, tambahkan perspektif terkini agar menarik.
Di Terminal Mojok, banyak naskah ditolak karena tema terlalu umum atau ketinggalan zaman. Ide segar selalu dicari – misal, mengulas film lama tapi dikaitkan dengan fenomena sekarang, atau pengalaman pribadi yang jarang diceritakan orang lain.
- Contoh Nyata
Seorang kontributor Mojok berhasil menembus kurasi dengan artikel yang nyeleneh tapi menarik, membandingkan anime One Piece dengan pemikiran Ali Syari’ati, seorang filsuf Islam. Ide tak biasa ini justru bikin editor Mojok tertarik karena memadukan budaya pop dan perspektif kritis. Intinya, jangan takut out of the box!
Baca juga: Proses Kreatif Menulis Artikel Berikut
2. Kenali Karakter Platform Tujuan
Setiap platform punya karakter dan selera masing-masing. Setelah punya ide mentah, sesuaikan tone dan topik itu dengan media yang ingin kamu tuju. Kenali “selera” editor di platform tersebut:
- Mojok.co – Humor tapi Kritis
Mojok terkenal dengan gaya satir yang cerdas. Mereka suka tulisan bernada santai, sedikit nyeleneh, tapi mengena dalam mengkritisi sesuatu. Editor Mojok bahkan punya slogan tak tertulis: “jenaka tapi kritis”. Artinya, kalau nulis untuk Mojok, jangan terlalu kaku atau akademis.
Gunakan humor atau ironi jika pas, namun pastikan ada isi berbobot. Seorang editor Mojok berbagi tip bahwa Mojok sudah kebanjiran konten isu nasional; mereka justru butuh perspektif lokal yang unik.
Jadi kalau kamu bisa ceritakan fenomena di daerahmu dengan gaya Mojok, itu nilai plus. Ingat kata Mbak Kalis (salah satu penulis Mojok): “jangan jauh-jauh, nanti kesasar” – maksudnya cari ide yang dekat dengan keseharianmu dulu.
- IDN Times – Populer dan Informatif
IDN Times melalui platform Community-nya menyasar pembaca milenial/Gen Z dengan konten populer. Gaya bahasanya gaul tapi tetap informatif. Struktur listicle adalah keharusan di sini.
Artikel IDN Times suka yang ringan, aktual, dan mudah dibaca di ponsel. Pastikan judul click-worthy dan pakai EYD yang baik (mereka sangat menekankan penulisan sesuai kaidah bahasa). Jangan heran kalau editor IDN Times akan menolak artikel yang terlalu berat bahasanya atau tidak sesuai format.
Pro tip: Periksa panduan menulis resmi IDN Times; misalnya, mereka melarang plagiarisme dan akan cek naskahmu dengan alat khusus sebelum terbit.
- Golagongkreatif.com – Kreatif dan Literer
Platform ini didirikan oleh penulis kenamaan Gol A Gong. Mereka menyediakan banyak rubrik, dari puisi, cerpen, esai, hingga artikel traveling.
Kunci sukses di Golagongkreatif adalah menyesuaikan tulisan dengan rubriknya. Misalnya, untuk rubrik Cerpen Sabtu, editor memberi kebebasan teknik bercerita (boleh absurd, surealis, dll) asalkan mengandung kritik sosial, dan melarang konten SARA atau pornografi. Artinya, kamu bisa bereksperimen gaya, tapi tetap perhatikan batas etika.
Untuk rubrik Traveling, mereka suka detail spesifik seperti moda transportasi, biaya, dan pengalaman personal selama perjalanan. Selalu baca beberapa contoh tulisan di rubrik yang kamu incar agar tahu selera kuratornya.
Baca juga: Rekomendasi Platform Menulis yang Dibayar
3. Susun Kerangka dan Struktur Tulisan
Saat ide dan target media sudah jelas, jangan langsung terburu-buru menulis utuh. Luangkan waktu untuk membuat kerangka artikel. Struktur yang rapi akan memandu tulisanmu sehingga lebih mudah diterima editor.
Berikut struktur dasar artikel yang umum dan disukai banyak platform:
- Judul yang Menarik
Buat judul singkat, padat, dan mengandung keyword utama. Misal untuk IDN Times, sertakan angka jika artikelmu listicle (“5 Tips…”, “7 Alasan…”). Judul jangan lebay atau clickbait kosong – editor pasti bisa membedakan mana judul menarik vs. menipu.
- Pembuka/Cuplikan
Paragraf pertama atau dua paragraf awal sangat krusial. Di IDN Times Community, ada kolom cuplikan (excerpt) berupa 1 kalimat ringkas inti tulisan.
Meskipun tidak semua platform punya format excerpt yang terpisah, pastikan paragraf pembuka artikelmu sudah memberi gambaran tema atau tesis utama. Pembuka yang to the point dan memikat membuat editor terpikat untuk lanjut membaca. Hindari pembuka bertele-tele.
- Isi dengan Subjudul Terstruktur
Bagi isi tulisan ke beberapa subjudul atau poin penting. Ini penting untuk keterbacaan, apalagi di layar gawai. Editor Mojok pernah menegur penulis yang mengirim esai dengan paragraf super panjang tanpa jeda – itu melelahkan mata.
Solusinya, pecah ide ke paragraf pendek 3-5 kalimat saja, dan gunakan subjudul jika memungkinkan. Di IDN Times, subjudul berformat listicle malah wajib. Di media lain, meski tidak diwajibkan, subjudul tetap membantu mengorganisir argumen. Misalnya, saat menulis opini untuk Inilah.com, kamu bisa membagi tulisan dalam subjudul: Pendahuluan (masalah utama), Analisis/Argumen, Kesimpulan.
- Penutup yang Memikat
Akhiri dengan kesimpulan atau call-to-action. Bisa berupa rangkuman pandangan, harapan, atau ajakan refleksi bagi pembaca.
Untuk artikel yang mengajak aksi (misal isu lingkungan di Rumah Kitab), penutup bisa berisi ajakan nyata untuk berubah. Hindari mengakhiri tiba-tiba tanpa penutup, karena editor menilai kualitas tulisan dari kesan akhirnya juga.
Saat menyusun kerangka, selalu ingat alur logika tulisan. Pastikan ada benang merah dari pembuka hingga penutup. Banyak naskah ditolak karena strukturnya berantakan atau sulit diikuti.
Baca juga: Jenis Konten Artikel yang Wajib Dipahami
Checklist sebelum menulis isi artikel:
- Sudah adakah inti pesan yang bisa kamu jabarkan?
- Sudah dibayangkan berapa bagian/subjudul yang diperlukan?
- Apakah urutan poin-poin sudah mengalir logis?
4. Gunakan Gaya Penulisan yang Disukai Editor
Selain struktur, gaya bahasa dan penulisan teknis juga jadi penentu naskahmu lolos kurasi. Ini beberapa hal yang perlu kamu perhatikan agar gayamu sesuai kriteria editor:
- Gunakan Bahasa yang Personal dan Mengalir
Banyak platform kini lebih menyukai gaya obrolan ringan ketimbang bahasa jurnalis kaku. Misalnya di Mojok dan platform blog lain, menulis dengan sudut pandang orang pertama (saya) atau kedua (kamu) itu wajar dan justru mendekatkan dengan pembaca. Hindari kalimat terlalu formal berbelit.
Tulis seperti bercerita ke pembaca, namun tetap sopan dan jelas. Kalau di IDN Times, bahasanya boleh santai tapi tetap mengikuti EYD. Jadi, boleh sisipkan istilah gaul atau bahasa Inggris seperlunya, namun cek ejaan dan tata bahasa baku sebelum dikirim.
- Perhatikan Panjang Paragraf
Seperti disinggung di langkah sebelumnya, paragraf pendek lebih disukai. Editor Terminal Mojok secara terbuka mengatakan, “tulislah dalam paragraf-paragraf pendek saja… sayang sekali kalau ide brilianmu tidak tersampaikan hanya karena mata pembaca lelah membacanya”.
Ini pengingat bahwa kita menulis untuk dibaca, bukan untuk diri sendiri. Jika melihat layar penuh teks blok tanpa spasi, editor pun mungkin malas membacanya. Jadi break it down! Saat edit naskah, coba cek apakah ada paragraf yang bisa dipecah dua.
- Hindari Plagiarisme, Jiplakan, dan Duplikasi
Ini pantangan nomor satu di semua platform, tanpa kecuali. Pastikan tulisan adalah buah pikiranmu sendiri. Boleh mengutip data atau pendapat orang lain, tapi selalu cantumkan sumber dan ubah dengan gaya bahasamu (parafrase).
Editor Mojok menegaskan tidak ada toleransi untuk plagiat; akun penulis yang ketahuan menjiplak akan diblacklist selamanya. Demikian juga editor IDN Times, mereka menggunakan tools cek plagiarisme. Jadi, jangan coba-coba copy-paste artikel orang lain, ya.
Selain itu, jangan kirim artikel yang sama ke beberapa platform sekaligus. Jika ketahuan double submission, reputasimu bisa jatuh. Tunggu respons dari satu media dulu, atau jika mau taruh di blog pribadi, pastikan media yang kamu kirimi mengizinkan.
- Sesuaikan Tone dan Sudut Pandang
Gaya bercerita yang tepat sasaran itu ibarat berbicara dengan bahasa yang dipahami lawan bicara. Untuk platform serius seperti Inilah.com, misalnya, pakailah nada persuasif dan formal seolah kamu akademisi memberi kuliah opini.
Sebaliknya untuk Golagongkreatif di rubrik cerpen, kamu boleh bermain dengan sudut pandang unik, bahkan twist ending, asal tetap enak dibaca.
Tips umum: hindari SARA dan konten vulgar kecuali konteksnya sangat jelas dan tetap dalam koridor etis. Banyak media, termasuk Golagongkreatif, tegas melarang SARA/pornografi. Tulisan cerdas tidak perlu menjual sensasi murahan.
- Edit dan Koreksi Bahasa
Sebelum naskah dikirim, baca ulang minimal dua-tiga kali. Cek typo, ejaan, tanda baca. Editor IDN Times menyarankan penulis untuk mengoreksi artikelnya agar mempercepat proses terbit.
Semakin bersih naskahmu, editor akan senang karena tidak perlu banyak revisi. Jika perlu, minta teman membaca dan memberi masukan. Fresh eyes bisa menangkap kesalahan yang terlewat oleh penulisnya.
Baca juga: Tips Menulis Artikel Dibayar
5. Pelajari Contoh Artikel yang Sudah Terbit
Belajar dari contoh konkret adalah jalan pintas mempercepat pemahamanmu.
Coba luangkan waktu untuk menganalisis artikel-artikel yang berhasil dimuat di platform incaranmu, apalagi jika itu tulisan penulis pemula juga.
Apa yang bisa dipelajari dari contoh sukses?
- Topiknya: Apakah topiknya unik, aktual, atau kontroversial?
- Gayanya: Apakah bahasanya santai, ada selipan humor, atau sangat formal?
- Strukturnya: Bagaimana pembukaan dan penutupnya, berapa subjudul/poin?
- Engagement: Lihat respons pembaca kalau ada (komentar, share). Artikel yang sukses biasanya mendapat interaksi tinggi.
6. Pahami Syarat: Honor, Revisi, dan Hak Cipta
Saat artikelnya sudah oke dan siap kirim, jangan lupa memahami aspek teknis seperti honor (bayaran), proses revisi, dan hak cipta. Ini sering ditanyakan pemula, jadi mari kita bahas singkat sebagai FAQ buat kamu:
Q: Berapa honor yang bisa saya dapat?
A: Setiap platform berbeda. Kamu perlu cek info terbaru di masing-masing media (biasa tertera di halaman kirim tulisan atau pengumuman). Sebagai gambaran:
Mojok: Rp225.000 – Rp525.000
IDN Times: poin per view (500 poin = Rp500.000)
Inilah.com: Rp400.000 – Rp1.000.000
Golagongkreatif: Rp100.000 – Rp200.000
RumahKitab: Ada reward jika lolos kurasi
Q: Bagaimana proses setelah mengirim? Apakah bisa revisi kalau diminta?
A: Bisa. Beberapa media memberi catatan revisi. IDN Times dan Mojok biasanya sering memberi kesempatan revisi. Kalau ditolak tanpa respons, bisa kirim ke media lain.
Q: Soal hak cipta, apakah tulisan saya tetap milik saya?
A: Umumnya, hak cipta tulisan tetap pada penulis, namun hak publikasi pertama ada di media yang memuat. Artinya, setelah artikelnya tayang dan kamu dibayar, jangan publikasikan ulang di platform lain (blog pribadi, Medium, dll) tanpa izin atau tanpa jeda waktu sesuai kebijakan.
Q: Kalau artikel saya ditolak, boleh kirim ke media lain?
A: Sure! Itu tulisan milikmu. Jika satu media menolak, kamu berhak menawarkan ke media lain. Namun, ada etika tidak tertulis: usahakan edit lagi artikelmu sebelum kirim ulang ke tempat lain. Kadang menyesuaikan sudut pandang atau gaya dengan media baru bisa mengubah peruntunganmu. Dan tentu saja, pastikan media awal benar-benar menolak (misal sudah lewat 1-2 bulan tanpa kabar, anggap saja tidak lolos kurasi). Jangan sampai ketika media A mau publish eh ternyata sudah tayang di media B – itu bikin reputasimu jelek di mata editor.
7. Kirim Artikelmu dan Jangan Menyerah!
Langkah terakhir, tentu saja: ACTION! Setelah semua persiapan, saatnya mengirimkan karyamu. Percuma sudah riset, menulis, edit sana-sini kalau akhirnya cuma disimpan di folder laptop. Kamu harus berani klik “Send” atau “Submit”.
- Mojok.co
Kirim naskah melalui email ke redaksi@mojok.co. Subjek email biasanya format [Rubrik] – Judul Tulisan – Namamu. Sertakan biodata singkat di body email, dan naskah dalam attachment (format .doc/.docx). Jangan lupa tunggu dengan sabar, ya.
- IDN Times
Daftar akun di Dashboard IDN Times Community dan unggah tulisan di sana. Pastikan profilmu lengkap karena editor juga melihat reputasi kontributor. Setelah submit, pantau status artikelnya di dashboard (review/pending/diterima). Proses ini user-friendly, cocok untuk pemula.
- Inilah.com
Kirim opini kamu via email ke opini@inilah.com. Cantumkan identitas diri (nama lengkap, foto, biodata singkat yang relevan dengan topik), karena mereka biasanya menaruh info penulis di akhir artikel. Siapkan juga nomor rekening atau e-wallet; jika diterima, honor Rp400rb–Rp1jt akan dikirim ke situ.
- Golagongkreatif.com
Kirim tulisan ke golagongkreatif@gmail.com. Sebaiknya di body email jelaskan ini untuk rubrik apa (misal: Cerpen Sabtu, Puisi Minggu, Traveling, dll). Ikuti panduan jumlah kata per rubrik (ingat: cerpen 500-1000 kata, puisi kirim 5-10 puisi, traveling 1000-1500 kata, dsb. sesuai Kirim Tulisan mereka). Lampirkan juga foto diri dan bio narasi seperti diminta di panduan.
- RumahKitab.com
Kirim artikel ke media@rumahkitab.com. Subject email tulis Artikel – [Judul]. Dalam email, ceritakan sedikit mengapa topikmu relevan dengan isu keadilan gender/lingkungan/Islam/disabilitas yang mereka angkat. Ini bisa meningkatkan peluang kurator tertarik sejak surat pengantar.
Sekarang, setelah tahu ke mana harus mengirim, tidak ada alasan lagi untuk menunda.
Tulisan sudah siap, info kontak editor sudah ada, maka segeralah kirim artikelmu. Jika merasa masih ragu, ingat pepatah: writing is rewriting. Kamu selalu bisa memperbaiki tulisan sambil jalan. Tak perlu menunggu sempurna sekali jadi, yang penting kirim dulu.
Terakhir, jangan takut gagal. Penulis hebat sekalipun pasti punya arsip penolakan. Bedanya, mereka tidak menyerah.
Setiap artikel ditolak adalah kesempatan untuk belajar dan mencoba lagi.
Saya pun pernah hampir putus asa, tapi bayangan melihat namamu terpampang sebagai penulis dan mendapat honor pertama itu sangat worth it untuk diperjuangkan 😉